Entri yang Diunggulkan

ONCE UPON A TIME IN CHINA (BEIJING & SHANGHAI) INTERNASIONAL FIELD STUDY MAGISTER MANAJEMEN - FEB UNIVERSITAS LAMPUNG

Di Kota Shanghai terdapat beberapa universitas yang cukup populer, antara lain: Shanghai Jiao Tong University; Shanghai Normal University; S...

Rabu, 19 Juni 2013

ONCE UPON A TIME IN CHINA (BEIJING & SHANGHAI) INTERNASIONAL FIELD STUDY MAGISTER MANAJEMEN - FEB UNIVERSITAS LAMPUNG















Di Kota Shanghai terdapat beberapa universitas yang cukup populer, antara lain:
  1. Shanghai Jiao Tong University;
  2. Shanghai Normal University;
  3. Shanghai Fudan Univeristy;
  4. Donghua University;
  5. Shanghai University of Finance and Economics (SUFE).


Shanghai University of Finance and Economics International Cultural Exchange School

https://maps.app.goo.gl/o5qP88eiGiTfY9CE8





Dari kelima universitas tersebut, SUFE menjadi salah satu universitas yang memiliki reputasi terbaik di China. Menurut Mr. Wang (bagian humas SUFE) memiliki 634 dosen pengajar dan telah malaksanakan kegiatan “join overseas country” sejak tahun 1996.

Program Magister Manajemen (konsentrasi Manajemen Pemerintahan dan Keuangan Daerah (MPKD) dan konsentrasi Bisnis), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung merupakan Program Pasca Sarjana jalur profesi dengan komitmennya yang kuat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan entrepreneurial dan manajerial yang handal dalam menghadapi situasi berketidakpastian dan mengglobal, serta mampu berdaya saing yang menghasilkan nilai berlebih.

Pelaksanaan International Field Study merupakan serangkaian aktifitas yang wajib diikuti oleh mahasiswa Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, Angkatan XIII Tahun Akademik 2012/2013 dengan tujuan negara Republik Rakyat China (RRC) khususnya kota Beijing – Sanghai , 19 – 24 Mei 2013.

Sebagai bagian dari muatan materi Seminar Problematika untuk mewujudkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara pemahaman konsep teori dan kondisi aktual dan praktikal dalam dunia kerja dalam era globalisasi, khususnya untuk memajukan pembangunan di wilayah provinsi Lampung.

Peserta International Field Study (62 anggota) melaksanakan kunjungan langsung ke melaksanakan kunjungan langsung ke mengunjungi Daqin perusahaan software mobile phone di Beijing barat, menyerap lapangan kerja untuk 20 karyawan yang berusia masih sangat muda (rata-rata baru menyelesaikan bangku kuliah) dan tercatat omsetnya mampu mencapai Rp 1,8 milyar per tahunnya.

Kunjungan utama kedua adalah di Shanghai University of Finance and Economics (SUFE), didirikan pada tahun 1917, universitas riset terkenal memiliki peringkat bagus di dunia.



Sebagai universitas tertua di Cina, SUFE telah mengembangkan semangat sendiri selama bertahun-tahun.



Saat ini tercatat 35 mahasiswa berasal dari negara Indonesia¸ kunjungan langsung dari perguruan tinggi di Indonesia baru pertama kali dilaksanakan oleh Universitas Lampung melalui “International Field Study” ke depan diharapkan semakin banyak kerja sama dengan perguruan tinggi dari Indonesia.




Selain itu 62 anggota rombongan International Field Study melaksanakan kunjungan langsung ke beberapa pusat bisnis pariwisata modern di kota Beijing dan Sanghai untuk mengetahui secara komprehensif terkait peranan pemerintah Republik Rakyat Cina yang mengutamakan Kultur Kearifan Lokal dan memasarkan Produk UMKM melalui pelaku bisnis pariwisata secara modern.




Melaksanakan ATM (Amati Tiru dan Modifikasi) pada beberapa pusat bisnis pariwisata di Beijing (kota pusat pemerintahan yang memiliki 29 juta penduduk) dan Sanghai (kota pusat bisnis yang memiliki 35 juta penduduk dan biaya hidup lebih tinggi dengan sewa flat setara rumah tipe 36 m2 senilai Rp 4 juta per bulan).

Pemerintah dengan segala keterbatasannya tidak dapat melakukan sendiri dalam pengembangan industri pariwisata karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki pemerintah baik itu dalam bidang kapital atau modal, sumber daya manusia (SDM) ataupun bidang manajemennya. Dengan demikian pemerintah harus melakukan kerja sama atau bermitra dengan aktor lain yaitu sektor privat (swasta) maupun masyarakat.



Kebutuhan kemitraan dengan melibatkan negara, swasta dan lembaga sosial kemasyarakatan baik di tingkat lokal dan internasional menjadi kebutuhan yang urgen bagi pemerintah.

Dalam posisi seperti ini, kebijakan negara sangat bermakna, tidak saja sebagai fungsi regulatif dalam negeri tetapi juga fungsi strategis dalam hubungan internasional. Dengan demikian, maka kebijakan pengembangan pariwisata di satu negara tidak dapat dianalisis tanpa mengkaitkan dengan kepentingan kemitraan antar pemerintah, bisnis dan masyarakat.


Pembukaan jalur baru sepanjang 2.298 km (1.425-mile) antara kota Beijing ke kota Guangzhou berarti bahwa para penumpang dari ibukota negara ke kawasan penghubung komersial di wilayah selatan Cina akan menempuh hanya dalam 8 jam perjalanan, bandingkan dengan 22 jam perjalan yang harus ditempuh.

Kereta api cepat akan melakukan perjalanan dengan kecepatan rata-rata 300 kilometres per jam sepanjang jalur rel yang termasuk 35 pemberhentian di beberapa kota utama seperti kota Zhengzhou, kota Wuhan dipinggir sungai Yangtze and kota Changsha.

(http://www.telegraph.co.uk/finance/china-business/9766125/China-launches-worlds-longest-bullet-train-service.html).

Konsep “Chinese dream” yang didengungkan oleh Presiden Xi Jinping dapat menjadi benchmarking bagi konsep “kultur kearifan lokal Indonesia” dalam mengembangan bisnis pariwisata modern. Secara fundamental ketika budaya warga Cina berasimilasi dengan budaya Amerika dan Eropa, budaya warga Cina tidak akan menjadikan replika dari budaya warga Eropa dan Amerika, hal tersebut hanya akan menjadikannya lebih memperkaya dan melengkapi budaya warga Cina dan pada saat yang sama akan memiliki daya yang lebih besar. Yayasan kebudayaan Cina mempercayai, dan hal tersebut sebagai prasyarat pencapaian dari impian warga Cina (the Chinese dream).






Gagasan “cultural subjectivity,” or wenhua zhutixing (文化主体性), adalah pada pekerjaan melekat dalam jantung nasionalisme warga Cina — yang dapat diartikan hanya inti nyata dari impian warga Cina menurut Presiden Xi Jinping. Impian dari peremajaan lagi secara nasional, kebangkitan negara Cina dalam segala keunikan dalam kejayaan, ideologi dari keunikan menjadi terdepan dalam menekan naluri kreatif dari masyarakat Cina dan memberdayakan kesatuan budaya. (David Bandurski, China’s tyranny of uniqueness, 14 Juni 2013,


Modernisasi bisnis pariwisata untuk memasarkan produk UMKM dan budaya kearifan lokal jika dapat dikemas sebagai bisnis pariwisata secara modern (menyediakan fasilitas keamanan; kenyamanan infrastruktur jalan, sarana transportasi, sarana perhotelan/ homestay rumah penduduk terdekat dengan lokasi, tempat transit/ persinggahan rutin (pesanggrahan/rest area sekaligus untuk memasarkan produk lokal/UMKM) dan kepuasan pelanggan (harga yang dibayar sesuai/wajar dengan fasilitas jasa/objek wisata yang dinikmati) pasti akan mendatangkan wisatawan lokal, nasional maupun internasional yang akan menyumbang PDRB cukup signifikan.




Beberapa lokasi yang dikunjungi memasarkan produk-produk asli UMKM masyarakat Cina dengan berbagai tingkatan kualitas adalah:


o Produk kerajinan 23 jenis warna Batu Giok, harga yang ditawarkan mulai ¥ 50 di Bona Jade Museum – kota Beijing.


Xing Mei Life Plaza dan Jalan Wang Fu Jing Pusat Perdagangan UMKM di kota Beijing, kita dapat lokasi pasar sempurna karena tawar menawar harga terjadi (barang senilai harga ¥ 280 dapat ditawar menjadi ¥ 50 sampai dengan ¥ 100). Harga air mineral standar ¥ 5 sampai dengan ¥ 7 dengan kurs ¥1 = Rp 1.600, termahal di bandara Sanghai untuk kemasan 1 liter ¥ 40).



 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 o Klinik akupungtur Ge Sang menawarkan obat-obatan yang diolah langsung oleh tabib ternama dari Tibet. Klinik Poi Su Tan menawarkan obat-obatan produk herbal untuk mengobati luka bakar dan pengobatan menggunakan air minum yang disimpan dalam batu alam sebagai media)



Produk kerajinan kain, bantal dan cover bed dari benang olahan kepompong ulat sutera di Perusahaan Tian Hou Silk – kota Sanghai.



Pusat perdagangan produk UMKM dan fasilitas senam kesehatan jasmani (thai chi), kebudayaan (theater out door) di Jalan Nan Jing – di kota Sanghai.




Produk kosmetik dan cendera mata/ perhiasan dari bahan baku mutiara tiram danau /oyster di kota Suzhou.


Sungai Wang Po – Shanghai, dua sudut pandang yang berbeda modernisasi infrastruktur dan perawatan bangunan jaman kolonial.








(Penulis adalah mahasiswa Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, Angkatan XIII Tahun Akademik 2012/2013)





Selasa, 23 April 2013

PEMIMPIN PANUTAN WAJIB PATUH DALAM MEMBAYAR PAJAK

Perhelatan akbar penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 untuk WP Orang Pribadi dan WP Badan akan berakhir 30 April 2013. Talkshow interaktif; pengumuman di surat kabar, spanduk, media elektronik; kelas pajak dan workshop ngisi bareng SPT, Drop Box dan Pojok Pajak serta acara panutan penyampaian SPT Tahunan 2012 oleh unsur pimpinan lembaga dan instansi di daerah merupakan serangkaian upaya dari aparatur Ditjen Pajak untuk memberikan penyuluhan, pembelajaran  dan pelayanan secara berkelanjutan agar meningkatkan kepatuhan dan kejujuran Wajib Pajak.
 

 
           KEPATUHAN yaitu menyampaikan SPT Tahunan sebelum batas waktu penyampaian (pasal 3 ayat (3) UU KUP), jika SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan akan dikenai sanksi administrasi (pasal 7 ayat (1) UU KUP). KEJUJURAN yaitu WP yang memiliki penghasilan wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, jelas  dan menandatangani serta menyampaikannya ke KPP Pratama atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) terdekat.
           Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) merupakan formulir yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran PPh, objek pajak PPh, bukan objek pajak PPh, harta dan kewajiban. PENGHASILAN yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
           Arti penting pajak telah diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (2)  bahwa “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang”. Selanjutnya untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1) menjelaskan definisi PAJAK adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pasal 1, UU KUP). 


           Kewajiban perpajakan Wajib Pajak dimulai sejak memenuhi persyaratan subyektif dan objektif (pasal 2 UU KUP), kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pengambilan, pengisian, penandatanganan dan penyampaian SPT dapat secara manual dan elektronik. Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto telah diatur dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf g, menyatakan bahwa  zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah”. 
            Pemimpin (priyayi) panutan secara sederhana diketahui dari perilaku “ing ngarso sung tulodho” artinya ketika menjadi pemimpin harus bisa memberikan tauladan kepada semua pegawai dibawahnya. Menehono busono marang wong kang wudo”, berikan baju (perilaku beretika dan profesionalisme) kepada orang yang telanjang (tidak punya malu dalam berperilaku dan bekerja) mungkin bisa menjadi renungan bagi kita semua. “Wejangan penting dari Sosrokartono, antara lain, sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake (kaya tanpa harta, sakti tanpa azimat, menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan). Sebuah filsafat laku yang merangkum dunia ekonomi, militer, politik, hingga sosial atau etika “ 
           Penjabaran wejangan Raden Mas Pandji Sosrokartono (kakang kandung RA Kartini), saya dipahami sebagai berikut SUGIH TANPA BANDHA(artinya seseorang tidak perlu menunggu kaya untuk bisa memberi sesuatu kepada orang lain dan dalam menjalankan kewajibannya), “DIGDAYA TANPA AJI” (disegani karena selalu positive thinking, menghargai dan tenggang rasa kepada orang lain), “NGLURUG TANPA BALA” (sebagaimana diceritakan dalam epos peperangan Bharatayuddha, ketika Prabu Salyapati (Narasoma) yang mengerahkan ilmu Candabirawa (milik mertuanya yang seorang raksasa, Bagaspati) akhirnya gugur pada hari ke-18 di tangan sang Prabu Yudistira, kisah tersebut menunjukan bahwa musuh terbesar kita sebenarnya adalah hawa nafsu kita sendiri),”MENANG TANPA NGASORAKE” (jangan pernah berfikir bahwa hidup adalah persaingan untuk pencapaian cita-cita hanya memuaskan fisik semata, namun harus menghilangkan sifat iri dan takabur).        
           Pembahasan kepemimpinan oleh para ahli diantaranya dalam buku “The Ruthless Leader”   yang merupakan perpaduan karya berjudul The Art of War karya Sun Tzu; The Prince karya Nicolo Machiavelli dan The Servant karya  Alistair McAlpine yang berisi tentang  spirit yang disampaikan adalah prinsip-prinsip disiplin dan keteguhan pemimpin dalam mencapai suatu tujuan. DISIPLIN yang dimaksud adalah disiplin dalam pengertian pelayanan diri sendiri, bertindak dengan motivasi diri yang akan menimbulkan rasa kepuasan diri, rasa bangga karena telah melakukan usaha yang keras dalam mencapai suatu tujuan.
           Terima kasih kepada semua Wajib Pajak yang telah patuh dan jujur dalam pelaporan SPT Tahunan 2012 setidaknya sudah memiliki kebanggan sebagai pemimpin panutan bagi dirinya sendiri dan Bangga Bayar Pajak untuk keperluan Negara.

(Tulisan ini opini dan pendapat pribadi dan tidak mewakili institusi manapun)


Kamis, 28 Februari 2013

GORESAN RON TAL KI GEMBUL: SALAM, SAPA, SOWAN, SUNGKEM DAN SANTUN




"S” adalah huruf yang sangat menarik, apabila dirangkai dengan huruf lainnya akan berarti kata-kata untuk memuliakan atau memberikan makna positif atas sesuatu, contohnya: Super, Su- (untuk awalan nama orang Jawa yang berarti lebih). Tapi jika dirangkai dengan huruf tertentu akan bermakna negatif atau membuat kuping panas, contohnya: Semprul, Sontoloyo, Selon atau Sialan.


Semboyan lima kata yang diawali dengan huruf S yaitu  “Salam, Sapa, Sowan, Sungkem dan Santun” yang pasti tidak asing lagi kita dengar dan apabila secara simultan kita terapkan secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari kepada stake holder kita maka akan terwujud “Memayu Hayuning Bawana, Memayu Hayuning Sasama dan Dados Juru Ladosing Bebrayan inkang Sae”, yang merupakan kearifan lokal yang hidup menjadi pedoman etika dan semboyan brayat ki Gembul (bagian dari “Ponco Laksito Tomo”).



SALAM berarti keselamatan yang selalu diucapkan mengawali (uluk salam) pada saat kita bertemu saudara, kerabat, sahabat dan tetangga untuk semakin mempererat tali silaturahmi, “Keselamatan buatmu berkat kesabaranmu”. 




SAPA merupakan perilaku kedua setelah salam mengawalinya, yang berarti menunjukan rasa empati kita kepada orang lain. Apa kabar?, Bagaimana keadaannya?, Anaknya sudah berapa?, merupakan kalimat yang menghangatkan suasana dengan lawan bicara kita. 




SOWAN berarti berkunjung yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan blusukan hanya derajat orang yang melakukannya saja yang membuat kedua kata itu menjadi berbeda. Bagi seorang priyayi dari jaman dulunya jika sedang dalam tugasnya untuk beramah tamah dengan wong cilik (njajah ndeso milang kori) akan memakai istilah blusukan, maklum lapangannya berupa daerah pedesaan yang kental dengan sawah dan perkebunan. Tetapi apabila para wong cilik yang ada di ndeso menghadap ke rumah priyayi atau yang seseorang yang lebih muda mengunjungi kerabatnya yang lebih tua (paman, pak dhe, atau eyang), kata sowan sangat enak didengar oleh sang tuan rumah.


SUNGKEM berarti ungkapan kita untuk menghaturkan maaf atas segala kesalahan yang diperbuat dengan sengaja maupun tidak disengaja kepada kedua orang tua atau kerabat yang dituakan pada saat peristiwa tertentu seperti saat lebaran maupun akan memulai prosesi pernikahan. 



SANTUN berarti ucapan yang disampaikan berpedoman pada etika kesopanan, untuk beberapa kalangan masyarakat tertentu etika berbicara atau tutur yang menunjukkan kesantunan dapat terlihat dari rangkaian kalimat yang diucapkan. Ada bahasa kromo inggil, kromo deso (madya) dan ngoko untuk sebagian besar masyarakat Jawa.  Pemilihan kata yang lebih sopan seperti “kowe” diganti dengan “sampeyan atau panjenganatau kata “Kamu” diganti dengan “Anda, Saudara, Bapak atau Ibu” akan menimbulkan penghargaan kepada lawan bicara.


Ki Gembul ingin membacakan goresan ron tal peristiwa setahun yang lalu, walaupun hanya singkat waktunya, tetapi makna yang dirasakan sangat luar biasa. Begini kisahnya, setelah lengkap Ki Gembul 5 tahun 3 bulan berkelana (lebih dari 1.000 km dari tempat tinggalnya) untuk menikmati lezatnya kerapu nanas bakar yang melimpah di muara pantai charlita di nusa Niha yang pada jaman kerajaan Mataram Medang Kamulan hanya bisa dijangkau oleh kapal Samudra Raksa.  


Juga untuk menyaksikan kebesaran negeri Fansuria yang telah berhubungan dagang dengan Fir’aun di Mesir dengan 700 anak tangganya di negeri berbilang kaum. Tak luput juga mengagumi luasnya sendang raksasa Toba yang begitu cantik rupawan. Terhidang holat dengan pucuk pakat bakar di daerah tak jauh dari Portibi, bergetarnya andaliman dalam olahan arsik ikan mas di lereng Gundaling, pedasnya belacan menemani olahan sea food di Pagurawan dan kehangatan kopi arabika  di Parapat.


Maka kini ia berkelana di negeri (100 km dari tempat tinggal), yang separuh di utara merupakan wilayah keratuan Dipuncak dan di selatan wilayah keratuan Pugung dengan dipisahkan oleh hutan Way Kambas di masa 500 tahun lalu. Satu bulan kemudian ki Gembul memperoleh mimpi bertemu dengan ki Basar, uwaknya yang sudah 20 tahun tidak berjumpa.



Tersirat beliau memberikan sepasang tombak pendek berbatang besi berhulu golok petak setajam silet dan sebilah keris berluk sebelas yang bernama “Alugoro” (pusaka pamungkas milik Prabu Baladewa kakanda Sri Kresna titisan Bhatara Whisnu dalam pewayangan). “Ah mimpi tadi pasti bunga tidur, tetapi kenapa begitu jelas wajah beliau duduk bersama saudara-saudaraku, apakah ini sebuah ilafat …. gumam ki Gembul dalam hati”.

Enam bulan kemudian ketika sowan kepada ki dan nyi Cokro di lereng Menoreh, kedua orang tua ki Gembul, ia menyempatkan diri sowan kepada ki Basar di Limbangan melalui jalan yang berliku sejauh lebih dari 100 km diantara ngarai dan lembah gunung Sumbing dan Sindoro. Ternyata sangat tepat ki Gembul mengidolakan uwaknya yang dari kecil selalu diceritakan oleh ibundanya sebagai sosok yang gigih berjuang melawan Belanda dan sangat perhatian kepada kakak dan adiknya. Di usia yang sudah berkepala sembilan, pada wajah beliau masih terpancar kegagahan dan ketampanan sebagaimana dua puluh tahun lalu ketika beliau hanya sejenak menghaturkan sungkem kepada ibundanya yang sudah sangat renta puteri kesayangan eyang Joyo putri (buyut ki Gembul), yang dimasa sehatnya selalu merindukan kakanda satu-satunya yaitu eyang Harjosunajib yang telah berkelana ke Batu Dulang negeri Borneo pada tahun lima puluhan dan tak pernah kembali untuk selamanya.


Ki Basar adalah seorang veteran pejuang bangsa dengan sosok yang sangat bersahaja dengan memilih tinggal di rumah sederhana, pada di dindingnya terpajang lukisan sang Proklamator secara utuh dan sangat indah, padahal sahabat setianya ada yang menjadi senopati natasangin. Beliau bercerita saat itu berkelana menyingkir dari Menoreh karena selalu menjadi incaran utama Belanda yang tidak pernah berhasil menangkapnya, padahal saat itu istri beliau sedang hamil tua. Ketika sampai di Limbangan, beliau menjadi sahabat Sinder perkebunan dan tidak pernah gentar menghadapi para begal yang sangat tidak santun dan menindas rakyat dan priyayi saat malam telah tiba. Ketika situasi negara sudah tenang, kakanda senopati natasangin membantu menguruskan hak beliau sebagai seorang veteran pejuang bangsa.

Melalui tutur ki Basar diberitahukan bahwa  eyang canggah ki Gembul bernama mbah kaji Hasyim yang juga dikenal sebagai mbah kaji Wagean (karena dimakamkan di daerah Wagean, lereng Menoreh). Dari hitungan usianya,  kemungkinan beliau terlahir dan dibesarkan tidak jauh dari markas terakhir Pangeran Diponegoro di Gedongan. 




Makanya logis menurut pemikiran ki Gembul, yang tidak pernah mengenyam kearifan lokal desanya, memperoleh informasi dari ki Yamto bahwa ketika empat tahun yang lalu saat eyang putrinya wafat entah tak terhitung banyaknya tamu yang dating dari empat desa untuk bertakziah. 












Mereka menjelaskan bahwa masa itu tali silaturahmi mulai mengendur karena sepeninggal eyang Sahrun, eyang putrinya menikah dengan eyang Ranu pamanda ki Cokro yang aktif nguri-uri budaya jawa baik jathilan maupun tarian keprajuritan mataram kubra siswo atau ndayakan. 




Maklum selama delapan belas tahun ki Gembul dibesarkan ki Cokro dalam lingkungan keluarga serdadu penjaga kawah Condrodimuko prajurit nusantara. Sungguh ki Basar sangat bermurah hati dan prihatin dengan kondisi badan keponakannya yang semakin gembul, dan beliau memohon doa kepada Allah, SWT agar masa ki gembul menjadi “joko kendil” segera berakhir dan kembali seperti sedia kala, maksudnya bukan menjadi naga baru klinthing lho.