Entri yang Diunggulkan

ONCE UPON A TIME IN CHINA (BEIJING & SHANGHAI) INTERNASIONAL FIELD STUDY MAGISTER MANAJEMEN - FEB UNIVERSITAS LAMPUNG

Di Kota Shanghai terdapat beberapa universitas yang cukup populer, antara lain: Shanghai Jiao Tong University; Shanghai Normal University; S...

Kamis, 16 Januari 2014

POTENSI OMSET TANDAN BUAH SEGAR (PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERINTEGRASI DENGAN PABRIK)




Jika engkau menginginkan kebaikan, segeralah laksanakan sebelum engkau mampu. Tetapi jika engkau menginginkan kejelekan, segeralah hardik jiwamu karena telah menginginkannya. (Socrates)


Disalin ulang dan diperbaharui dari artikel saya tanggal 5 Maret 2012. Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Foresight: Seberapa Untungkah Jika Berinvestasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Kondisi Semi Mature?", 


Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/ajigembul/550e43a1a33311b82dba80cc/foresight-seberapa-untungkah-jika-berinvestasi-perkebunan-kelapa-sawit-dengan-kondisi-semi-mature

Kreator: Prasetyo Aji Bon Gembul


Tahun 2000, Indonesia menghasilkan 6.900.000 ton minyak sawit/ Crude Palm Oil (CPO), yang pada tahun 2009 berada pada urutan kedua setelah Malaysia yaitu 10.800.000 ton. Tahun 2010, Indonesia menjadi penghasil minyak sawit terbesar yaitu 20.900.000 ton dengan perkebunan sawit terluas di dunia sekitar 9,2 juta hektar diikuti  Malaysia dan Nigeria (Cheng Hai Teoh, 2010).







Proses bisnis produksi kelapa sawit (Jan Willem van Gelder (December 2001 p. 13)). Tandan buah segar yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit setelah diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO), Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Meal  pada akhirnya menjadi produk yang akan dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh konsumen melalui: Industri pengolahan makanan (minyak goreng, produk makanan dan mentega); Industri kosmetik, sabun dan deterjen; Industri kimia (campuran cat, pelumas dan lilin); Industri pakan ternak (pellet); Industri energi listrik berbahan bakar biofuel/ biodiesel sawit. 


“Dalam rangka penyelenggaraan usaha perkebunan, kepada pelaku usaha sesuai dengan kepentingannya dapat diberikan hak atas tanah yang diperlukan untuk usaha perkebunan berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan/ atau hak pakai sesuai dengan peraturan perundang-undangan” (Undang Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan Bab III Penggunaan Tanah untuk Usaha Perkebunan, Pasal 9 ayat (1))



Untuk 10.000 ha lahan biasanya diperlukan 1 pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas mengolah tandan buah segar (TBS) sebesar 45 ton per jam, rutin replanting / penanaman kembali 3.000 pohon agar produksi tetap baik. http://investasi.kontan .co.id).



POTENSI PRODUKSI DAN OMZET PER TAHUN

Melakukan penghitungan perkiraan nilai penjualan TBS petani kelapa sawit yang tidak memiliki PKS.
1)Mendapatkan data harga TBS per ton yang dijual para petani kelapa sawit ke Pabrik Kelapa Sawit dalam satu tahun tersebut. Sumber data dapat diperoleh dari petani itu sendiri atau dari Pabrik Kelapa Sawitnya.   
2)Melakukan perbandingan harga penjualan TBS/ton petani yang satu dengan petani lainnya untuk mendapatkan data harga pasar yang wajar.    
3)Mengalikan produksi TBS selama setahun dengan harga pasar wajarnya (data harga TBS dari surat kabar) untuk mendapatkan nilai penjualan TBS selama setahun (omzet).      
 
    Jika diperoleh informasi luas areal perkebunan seluas 709.170 m2 (70,9 ha) dengan harga jual lahan sebesar Rp 75 juta per hektar atau harga total penawaran sebesar Rp 5.318.775.000 (lima milyar tiga ratus delapan belas juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk keseluruhan areal telah ditanami kelapa sawit dengan umur tanaman 6 tahun (dengan asumsi mulai tahun ketiga sudah menghasilkan buah pasir/ semi mature), maka dapat dihitung potensi produksi dan omset tandan buah segar (TBS) per tahunnya sebagai berikut:
1. Memastikan lokasi perkebunan kelapa sawit dan jarak dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)/Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit terdekat jika tidak memiliki PKS sendiri.
2. Informasi data luas areal perkebunan (termasuk legalitas tanah) dan kondisi infrastruktur dalam perkebunan dan aksesibilitas menuju perkebunan.



3.  Informasi data jenis bibit/ varietas dan umur tanamannya (perkirakan umur tanaman menghasilkan 3 s.d 25  tahun).
 
 4. Mengalikan luas umur tanaman menghasilkan dengan standar produktifitas TBS menurut klas kesesuaian lahan (ton/ha/thn).
 5. Klas kesesuaian lahan untuk tanah mineral dan tanah gambut dapat dibagi menjadi S-1 (sangat sesuai/very suitable), S-2 (sesuai), S-3 (agak sesuai), N-1 (tidak sesuai bersyarat) dan N2 (tidak sesuai permanen/ not suitable). Kesesuaian lahan merupakan syarat tumbuh yang dipengaruhi oleh kondisi iklim yaitu  (temperatur udara:  22 – 330 C  (optimum 27 0 C), curah hujan: 1.250 – 3.000 mm/thn (opt 1.750 – 2.500 mm/thn), bulan kering (ch hujan < 60 mm/bln) < 3 bln (optimum 0-1 bln), kelembaban udara 50 – 90 % (optimum 80 %), lama penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari, ketinggian tempat < 400 m dpl (optimum < 200 m dpl), berkorelasi dgn temperatur udara, shg dpt berubah dgn adanya pemanasan global dan secara empiris sdh 600 m dpl).
 
   
6.   Jika informasi klas kesesuaian lahan sulit diperoleh, maka data lokasi perkebunan kelapa sawit dan jarak ideal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)/ Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit terdekat kurang dari 10 km sudah cukup menjadi referensi awal.
7. Harga Tandan Buah Segar (TBS) dapat dibrowsing di situs internet pada saat pembelian perkebunan kelapa sawit. 
 




8. Menjumlahkan hasil-hasil perkalian antara luas tanaman menghasilkan dengan standar produktifitas per hektar per umur tanaman. Asumsi lokasi perkebunan sawit berada pada klas kesesuaian lahan S 2 (sesuai/suitable) dengan jenis bibit/ varietas D x P Avros (potensi produksi maksimal pada umur 9 s/d 13 tahun 24 ton/hektar) sedangkan varietas D x P PPKS 239 (potensi produksi maksimal pada umur 9 s/d 13 tahun 32 ton/hektar).  


MENGHITUNG PENDAPATAN YANG AKAN DIPEROLEH 

1.  Biaya tanam meliputi biaya land clearing dan biaya pemeliharaan per tahun (upah tenaga kerja, bahan kimia dan pupuk serta peralatan). 
 
2. Untuk menghitung biaya tanam dan harga TBS sebelum dan sesudah tahun pembelian dapat disesuaikan dengan asumsi tingkat suku bunga inflasi sebesar 5,3% per tahun untuk memperhitungkan:
a.  Nilai sekarang (PV) = nilai sekarang dr suatu jumlah di masa depan yang akan diterima di akhir periode n pada tingkat bunga I;
b.  Nilai yang akan datang (FV) = jumlah yang akan terakumulasi dari investasi sekarang untuk n periode pada tingkat bunga i .
3.  Akumulasi laba netto (pendapatan) saat  transaksi jual beli areal kebun (akuisisi) lahan = harga lahan kebun sawit buah pasir - laba netto awal per tahun. 
 
  
4.  Laba netto awal per tahun adalah nilai tanah/areal perkebunan sawit yang perhitungannya diperoleh dari harga pembelian keseluruhan areal perkebunan sawit semi mature (berbuah pasir) dari pemilik awal/penjual setelah ditambah dengan akumulasi potensi omset penjualan TBS dan dikurangi dengan akumulasi perkiraan biaya tanam sebelum terjadinya transaksi/ pembelian lahan.
5. Laba netto per tahun diperhitungkan dari potensi omset penjualan TBS per tahun dan dikurangi dengan biaya tanam pertahun/Fix Cost (biaya tenaga kerja, bahan dan alat). Sedangkan Variable Cost (biaya infrastruktur, sertifikasi lahan untuk HGU, management fee dan administrasi) tidak diperhitungkan karena harus menyesuaikan peraturan yang berlaku dan besarnya berbeda antar kebun kelapa sawit.



6.  Dikarenakan umur tanaman kelapa sawit idealnya hanya sampai 25 tahun (rotasi tanam/ replanting) maka dengan investasi awal sejumlah Rp 5.318.775.000 (lima milyar tiga ratus delapan belas juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), maka diproyeksikan akan diperoleh akumulasi laba netto  20 tahun ke depan senilai Rp 67.000.522.306 (enam puluh tujuh milyar lima ratus dua puluh dua ribu tiga ratus enam rupiah), dapat dihitung capital rate sebesar 7,94% atau angka kapitalisasi sebesar 12,597.  

Semoga bermanfaat, jangan lupa untuk membayar kewajiban perpajakannya dan laporkan SPT dengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.


DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan.
Jan Willem van Gelder, 2001,  Swiss bank & palm oil & pulp & paper in Indonesia  A research paper prepared for WWF International..
Cheng Hai Teoh, 2010,  Key Sustainability Issues in the Palm Oil Sector, A Discussion Paper for Multi-Stakeholders Consultations” (commissioned by the World Bank Group.)
Lembaga Pendidikan Perkebunan, Seri Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit, Yogyakarta, LPP Press, 2000
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2011, Bahan Tanaman Kelapa Sawit Unggul, Medan
Harian Sinar Indonesia Baru Hari kamis, 5 Mei 2011 halaman 12, Harga TBS Kelap Sawit Produksi Petani Sumut.

Tidak ada komentar: