Entri yang Diunggulkan

ONCE UPON A TIME IN CHINA (BEIJING & SHANGHAI) INTERNASIONAL FIELD STUDY MAGISTER MANAJEMEN - FEB UNIVERSITAS LAMPUNG

Di Kota Shanghai terdapat beberapa universitas yang cukup populer, antara lain: Shanghai Jiao Tong University; Shanghai Normal University; S...

Senin, 22 Desember 2008

ALUMNI PRODIP III KEUANGAN/ STAN DI 3 LOKASI KAMPUS (JURANGMANGU TANGERANG - ARJOSARI MALANG – KEMANGGISAN JAKARTA)










Saat UMPTN aku bercita-cita jadi ahli kimia, makanya aku ngambil IPC, pilihan pertamaku Teknik Kimia ITB kedua MIPA Kimia UGM dan terakhir di Sastra Inggris UGM. 


Selain itu aku mencoba juga di STAN/Prodip Depkeu punya, mulai tahun 1994 dibuka jurusan khusus Penilai, makanya langsung aku pilih, pikirku pasti sedikit saingannya dibanding 6 jurusan lainnya, terutama Akuntansi.


Walhasil aku dapat panggilan dari Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada jurusan Kimia dan STAN Depkeu diterima di Program Diploma III Penilaian. 

Karena nggak mau membebani orang tua tanpa pikir panjang lagi aku ambil STAN/Prodip Penilai, sudah gratis, waktu itu tahun kedua langsung jadi Calon PNS, lumayan. 



Selesai 3 hari ikut OPK, aku dan 80 mahasiswa (dari jurusan A1/Fisika) 3 bulan ngampus di Jurangmangu, karena miskoordinasi, akhirnya kami 13 orang dideportasi dengan mahasiswa yang sudah kuliah di kampus Arjosari Malang. 



Setelah menempuh perjalanan 20 jam dengan bus Karina, maka resmilah aku jadi mahasiswa Prodip Penilai PBB angkatan VI, dengan Provost Program Cik Mokhtar Mohamed dan Puan Noorini Awang dari Mara Institute Technology (MIT). 








Kami satu angkatan hanya 75 orang, jadi pasti saling kenal dan super akrab dengan senior, yunior maupun antar temen (sampai ada kelompok lakon). 







Di Malang kotanya sejuk seperti Magelang, biaya hidup juga murah di sana, ramai sampai malam, kalau lagi jenuh aku biasanya main ke kampus Unibraw tempat kawan SMAku sambil nyari roti bakar dan STMJ (Susu Telor Madu Jahe).



Tempat kosku dikenal sebagai JTC ’45, tahun 1995 persis ketika Doraemon muncul disponsori produk ajibon (abon tabur kesukaan anak-anak) para senior memberikan nama gaul baru buat ku: AJIBOND (seperti rubrik si bondet aja ya pada harian Jawa Post).




Tapi lumayan juga kok selama 13 tahun aku dipanggil ajibond, membuat aku lebih akrab dengan para sohib, senior maupun juniorku, memang bener ya nama gaul itu memberi banyak rejeki lho walaupun awalnya konyol habis, thanks ya sama yang udah ngasih aku nick name.



Kegiatan kuliah kami cukup padat, tapi untuk momen tertentu dimanfaatkan untuk refreshing, dari ngadain try-out untuk Malang dan sekitarnya, ngOSPEK yunior, travelling ke Gua Lawa dan Prigi.




Bikin Counter Kopma, kunjungan ke Pabrik Kapal dan Tanjung Kodok sampai dengan acara pentas dadakan (nge-Band dan Teater), maklum banyak senimannya (soalnya kata dosen, penilaian itu merupakan gabungan dari “science and art”), he he he. 



Waktu pertama dapet rapelan kita adain syukuran di Ringin Asri, kalau ada rezeki kan harus bagi-bagi dunk. 









Semester 5 aku dapat jatah PKL di KP PBB Purwokerto, jadi mantri ukur selama 2 bulan di Desa Karangsalam didampingi pak Darsim (orangnya lugu dan lucu). 


Lokasinya di sekitar Universitas Wijaya Kusuma dan sentra kolam gurame (tiap istirahat di rumah warga desa pasti ada kopi tubruk asli plus kacang digoreng sangan (digoreng tanpa minyak, tapi pakai pasir panas), persis kacang Sihobuk asli Tarutung atau kacang cap Jambu asli Sibolga).



Dua bulan selanjutnya aku ditugaskan pemetaan di Desa Karanggintung, sekitar 2 jam perjalanan kearah Sidareja - Cilacap.


Karena di pinggir hutan pinus dengan tanah liatnya (lempung) dan sering hujan maka aku harus memakai sepatu boot dan mantel tidak lupa lotion sari puspa, habis nyamuknya gede-gede. 


Kalau dari batas desa kelihatan kota Cilacap plus Nusakambangannya, aku paling suka makan pecal pakai daun kecombrang dan tempe mendoan, kalau siang pasti disiapin kelapa muda, makasih banyak ya pak Kadus dan crew ngrepotin dong jadinya. 




Karena jauh dari kantor dan tempat kos, aku nginep di rumah pak Kades, dengan berbekal peta Persil jaman pemerintah kolonial Belanda tiap hari harus berangkat pagi jam 09.00 jam 16.00 baru pulang, hari jum’at break dulu, malamnya baru merapikan peta bidang hasil ukuran. 


Orang desa/ wong ndeso di sana patuh memegang aturan (mind setnya nggak pernah berubah) padahal aturannya saja muncul dari jaman pemerintah kolonial Belanda, batas persil yang berupa batas alam maupun parit buatan serta tanaman perdu seperti pohon Waru tidak pernah mereka rubah, tapi selalu dirawat dengan baik, salut dengan pendirian warga desa.


Selesai PKL, aku balik ke Jakarta di kampus Kemanggisan Slipi depan pasar buah untuk menyelesaikan semester 6, Provost Program sudah ganti Cik Ruslan dan Puan Raihan. Selain jadi ketua kelas B (kebetulan kami dibagi dalam 2 kelas), aku ditunjuk menjadi ketua seksi album wisuda. 



Merujuk album wisuda tahun sebelumnya di kampus STAN Jurang Mangu yang pada halaman akhir dimuat interview dengan bapak Wimar Witoelar, kami berencana mengadakan interview dengan bapak Karsono Suryowibowo yang pada saat itu beliau menjadi Sekretaris DJP merangkap ketua MAPPI.




Sampai khusus spesialisasi penilai PBB diwisuda di BPLK Purnawarman dekat Blok M pada Agustus 1997, karena pihak Rektorat ITM juga hadir mewisuda dan ngasih ijasah juga, “Diploma in Real Estate Valuation” . 


Sebelum Wisuda kami tetep kompak dan melanjutkan hobby travelling di kebun teh Puncak Pass. 


Nunggu penempatan aku magang di KP PBB Jakarta Utara, waktu itu kantornya sementara di jalan Kebon Bawang depan Plasa Koja, Tanjung Priok. 


Kami mendapat tugas untuk melaksanakan Individual Appraisal, dengan partner cak Iwan arek Kediri, dari Marunda sampai ke Kapuk Muara kita jelajahi, bahkan di Pluit kami dapat objek menarik Apartemen/ Condominium. 




Makanya di akhir tugas magang, aku membuat evaluasi teknis (isinya mirip Strata Title milik Commonwealth) yang aku tuangkan ke dalam artikel perdanaku yang dimuat dalam Jurnal Valuestate (yang kemudian berubah menjadi Survei Jurnal Penilaian Properti) volume 11 bulan Januari 1998. 




Rasanya puas lho bisa menyalurkan ide sampai tulisan yang terakhir tentang tinjauan penilaian properti Walet yang dimuat di majalah Berita Pajak bulan Maret 2002.