Pada zaman Belanda, kota Bandar Lampung sempat dinamai Oosthaven. Kata ini berarti 'pelabuhan timur'. Saat itu, Bandar Lampung termasuk Onder Afdeling Telokbetong yang terdiri dari ibukota Telokbetong dan wilayah di sekitarnya.
Jika datang ke Kota Metro dan desa di kabupaten sekitar kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:
- Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo
- Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro
- Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Liman Benawi
- Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di kelurahan Depokrejo
- Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin
- Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tempuran
- Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwodadi
- Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri
- Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo
- Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari
- Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati
- Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro
- Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi
- Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo
- Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo
- Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara
- Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung
- Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo
- Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari
- Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari
- Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.
Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan Belanda di kota ini.
Diperkirakan luas bedeng 1 sd 67 hampir sekitar 536 km persegi, jadi bisa kita bayangkan kalau dulunya sebelum dibuat sudetan dalam bentuk irigasi dan persawahan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, lokasi tersebut merupakan dataran cekungan/ didominasi rawa yang sangat luas. Mungkin kawasan cekungan tersebut jaman kunonya sering disebut "LEBAK CAWENE".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar