Entri yang Diunggulkan

ONCE UPON A TIME IN CHINA (BEIJING & SHANGHAI) INTERNASIONAL FIELD STUDY MAGISTER MANAJEMEN - FEB UNIVERSITAS LAMPUNG

Di Kota Shanghai terdapat beberapa universitas yang cukup populer, antara lain: Shanghai Jiao Tong University; Shanghai Normal University; S...

Minggu, 01 Maret 2009

FANSURIA EMPIRE (PAPAN TINGGI VIA 710 ANAK TANGGA) DAN MELEWATI BATU LOBANG DENGAN 379 TIKUNGAN



https://m.semedan.com/2017/12/ziarah-ke-44-makam-aulia-barus-tapanuli-tengah.html

Di penghujung tahun 2008 cuti bersama cukup panjang, sebagian rekan kerja pulang ke home base, maklum dekat, paling setengah hari juga sudah sampai. Aku dan dua anak muda (Pak Dhe Slamet dan Mamang Kito Mawardi) berencana menyambut tahun 2009 di base camp saja, Wisma Pajak Aso-aso, sambil pasrah menanti mutasi bakal pindah entah ke mana.

Tepat tanggal 31 Desember mutasi keluar, alhamdulillah, aku pindah ke kota Pematang Siantar (2,5 jam dari Medan, paling tidak semakin mudah pulang ke Bandar Lampung) sedangkan kedua sohib pulang ke kampoeng halaman di Menggala Tulangbawang dan Bojonegoro, tak disangka justru kami bertiga yang harus meninggalkan Sibolga.

Di malam pergantian tahun untuk pertama dan terakhir kalinya aku menikmati indahnya pesta kembang api di langit lapangan Simare-mare. Pagi harinya, lewat ide dadakan, kita berwisata ke Barus atau Fansuria nama kunonya.

Selama 3 jam kami menyusuri pesisir barat Sumatera melalui pantai Binasi-Sorkam-Sosorgadong, yang sangat indah dengan pasir putih, pohon cemara dan rumput yang tumbuh rapi seperti padang golf, serta ternak kerbau yang bebas digembalakan.


Aku suka menyantap sup daging kerbau dan ikan sale kas Mandailing di rumah makan Muzdalifah Jl SM Raja Sibolga, sangat nikmat selagi panas dan pas banget jika badan kita lagi kurang fit untuk mengembalikan stamina.

Menu favoritku lainnya adalah kerang bulu rebus asli Tanjung Balai dengan sambal nanas+sate dan jus wortel dicampur jeruk, lokasi kedai di Sibolga Square saat malam. Untuk sarapan kedai favoritku di Buffet di seberang kantor provost. Teh susu dan sate padang plus serta hidangan beragam variasi kue apem dan jajanan.


Oh ya lanjut ke pejalanan Ki Gede, di pantai Barus kami istirahat makan siang, setelah memilih ikan yang masih fresh dari nelayan, pemilik kedai menyiapkan tempurung kelapa untuk memanggang. Sambalnya khas Tapanuli, rasa pedasnya dan terasa nendang, luar biasa ajibnya.

Siap makan siang kami mengelilingi kota tertua di pesisir barat Sumatera, yang sudah dikenal raja Fir'aun sebab kapur barusnya untuk bahan pengawet Mummy. Legenda putri Runduk yang berkaitan wangsa Sanjaya dan raja Sudan, juga terkenal di Barus, seorang putri yang kecantikannya tidak kalah dengan Miss Universe saat ini harus berakhir tragis tenggelam di laut dekat pulau Mursala, pulau kecil yang super unik karena ada air terjun setinggi 100 m di sebelah Utara, akan tampak terlihat saat kita naik jumbo jet ke Gunungsitoli di siang hari.

Di Barus dimakamkan 43 aulia yang disebut makam Mahligai juga seorang ketua dan sultan bagi kerajaan islam Negeri Barus mandailing di pantai barat Sumatera Utara, yaitu Syeikh Al-Alam Almuchtazam Syeikh Machmud Qadasjahlahu Rohanu Alamatarach al Yamini, wafat tahun 44 Hijriah, letak makam itu berada di atas bukit yang tingginya lebih kurang 200 meter dari permukaan laut (makam Papan Tinggi).


Tidak mudah untuk mencapai ke lokasi makam ini. Sebelum kita bermaksud untuk berziarah, di kaki bukit tersebut terdapat pancuran air untuk membersihkan diri atau mengambil air wudhuk. Setelah itu, kita menaiki tangga yang sudah terbuat secara permanen (kata penduduk sana yang membangun wapres Adam Malik tahun 1972).

Sebanyak 710 anak tangga atau lebih kurang 145 meter (setara gedung 50 lantai), yang harus dilewati agar kita bisa sampai di puncak Gunung Papan Tinggi tempat makam tersebut berada. Untuk itu diperlukan niat yang iklas untuk mengunjungi makam ini, agar bisa mencapai puncak gunung tersebut.


Disamping itu kekuatan fisik harus benar-benar mantap serta tehnik khusus untuk menaiki tangga tersebut sangat diperlukan karena tangga-tangga tersebut sangat curam dan menanjak sekali. Cocok benar untuk menurunkan berat badan ki Gede (110 kg). Untuk sampai di puncak, ki Gede perlu waktu 1 jam dengan 7 kali istirahat dan minum setengah liter air Aqua, kalau pulangnya cukup 15 menit sudah sampai, dengan setia abang Coi asli Meulaboh selalu mendampingi, khawatir aku pingsan katanya.

Ki Gede jadi teringat kisah 6 bulan lalu, saat diajak 4 rekan traveller (Wak Kaji Priyo dari Blitar, Uda mas Heri dari Bantaeng, Abang Kito Agus dari Ternate dan Mas Mbambang dari Halim Perdanakusumah) ke gunung Muria yang diantar oleh kenalan dari masjid Kudus, namanya pak Siswanto seorang petani asal Jepara.

Mulai 12 Januari 2009, aku ngantor di Pematang Siantar, menurut Wikipedia 750 tahun lalu terkait dengan kisah raja Indrawarman wakil komandan ekspedisi Pamalayu yang dipimpin Mahesa Anabrang pada masa berakhirnya kerajaan Singhasari di bawah Maharaja Kertanegara yang masih keturunan Ken Angrok.


Kotanya ramai serasa pulang ke Bandar Lampung dan udaranya sejuk serasa di Magelang, rasanya kurang lengkap jika belum sarapan pagi dengan nasi gurih atau bihun ikan di kedai kopi massa Kok Tong di Jalan Wahidin.

Selamat tinggal batu lobang, 379 kelokan Sibolga-Agian Koting-Tarutung, pemandian air panas Sipoholon dan Sipitu-pitu. Perjalanan panjang yang tak akan aku lupakan, kapan-kapan aku pasti lewat lagi kalau harus bertugas ke Sibolga.